Senin, 09 November 2015

Artikel ilmiah

PRINSIP DAN TEKNIK MENULIS ARTIKEL ILMIAH DARI LAPORAN PENELITIAN, SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI1

Tarkus Suganda Lab. Fitopatologi Dept. Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Daftar Isi
• Pendahuluan
• Persiapan Sebelum Menulis Artikel Ilmiah
• Pelaksanaan Penulisan Artikel Ilmiah (Komponen Artikel Ilmiah)
• Penutup

I. PENDAHULUAN

Dalam dunia akademik, artikel ilmiah memiliki peran yang sangat penting, baik bagi pengembangkan ilmu pengetahuan itu sendiri maupun bagi pengembangan karir peneliti dan akademisi. Bagi sivitas akademika (dosen peneliti dan mahasiswa), tentunya diwajibkan melakukan penelitian. Setelah penelitian selesai, maka akan diakhiri dengan membuat laporan penelitian yang bentuknya dapat bermacam-macam.

Untuk penelitian dosen biasanya berbentuk laporan penelitian, sedangkan laporan penelitian sebagai suatu produk akhir dari suatu jenjang pendidikan, dapat berupa skripsi, tesis, atau disertasi. Walaupun memiliki kadar ilmiah, pada dasarnya, skripsi, tesis, dan disertasi (LPSTD) belum dapat dikategorikan sebagai karya publikasi ilmiah, karena pada dasarnya LPSTD adalah karya ilmiah yang “tidak dipublikasikan”.

Oleh karena ada slogan di dunia akademik bahwa “suatu penelitian belumlah dianggap selesai kecuali jika hasilnya telah dipublikasikan secara luas. Cara mempublikasikan karya ilmiah banyak ragamnya, dapat berupa makalah yang diseminarkan lalu dijadikan prosiding, atau diunggah ke internet sebagai tulisan dari para penelitinya. Namun demikian, nilai kredit tertinggi dari suatu publikasi ilmiah adalah jika hasil penelitian dipublikasikan sebagai artikel ilmiah dalam jurnal ilmiah yang direview oleh pakar sebidang ilmu (peer-reviewed articles).

Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan artikel ilmiah adalah artikel primer (lihat sub-judul di bawah), sehingga bahasan akan lebih difokuskan kepada artikel ilmiah primer untuk diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Berbagai Jenis Artikel Ilmiah Diterbitkan Dalam Jurnal Ilmiah Sebenarnya, ada beberapa jenis artikel ilmiah yang dapat dimuat dalam suatu jurnal ilmiah, yaitu artikel ilmiah primer (melaporkan hasil penelitian si penulis artikelnya sendiri), artikel ilmiah review atau kupasan


si penulisnya mengupas berbagai artikel yang sejenis dan meramunya menjadi artikel baru secara

1 Makalah Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah, Kampus ITB Jatinangor, 10 Mei 2014 Tarkus Suganda 2 komprehensif), book review, surat kepada Editor jurnal (letter to editor), komunikasi singkat (short report), laporan perdana (first report), dan lain-lain. Artikel ilmiah primer, pada dasarnya adalah versi ringkas dari suatu laporan hasil penelitian (laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi - LPSTD).

Dengan demikian, bagi seorang dosen termasuk juga bagi mahasiswa, seharusnya menulis artikel ilmiah jauh lebih mudah karena pada dasarnya hanya menyingkat laporan ilmiah versi LPSTD saja.

II. PERSIAPAN SEBELUM MENULIS ARTIKEL ILMIAH 

Sebelum memulai menulis artikel ilmiah, diperlukan adanya persiapan yang matang. Persiapan tersebut termasuk persiapan mental, keterampilan dan teknis, serta sarana-prasarana. Persiapan mental meliputi

a.l. motivasi dan daya tahan, Motivasi terbaik untuk menulis artikel ilmiah harus datang dari diri sendiri, walaupun dorongan dari lingkungan sekitar juga cukup berperan penting. Persiapan keterampilan dan teknis mencakup pengetahuan tentang tata-tulis dan bahasa, baik bahasa asing maupun bahasa Indonesia (terutama EYD) dan teknik parafrasing untuk menghindari plagiarisme. Selain itu, diperlukan juga keterampilan menggunakan komputer, baik untuk menganalisis data, membuat ilustrasi dan menulisnya (word processing) itu sendiri, maupun untuk mengakses internet-mencari kepustakaan pendukung terkini (googling atau mengakses database kepustakaan seperti Ebsco, Proquest, Science Direct, dsb.).

Dalam makalah ini, pembahasan akan difokuskan ke persiapan teknis menulis artikel dengan asumsi bahwa persiapan mental dan persiapan sarana-prasarana sudah tidak ada masalah.

a. Mengikuti pelatihan penulisan artikel (atau berdiskusi dengan pakar penulisan artikel).
Penulis artikel ilmiah tidak sama dengan novelis yang bebas berkreasi. Penulis artikel ilmiah dipagari oleh berbagai ketentuan yang harus ditaati tanpa syarat, baik dari segi bahasa, peristilahan, tata tulis, maupun formatnya. Jurnal yang artikel ilmiahnya ditulis dengan ragam dan format yang berbeda-beda, tidak akan pernah diakreditasi.

Penulis artikel ilmiah dapat diibaratkan sebagai altlet, untuk menjadi juara diperlukan latihan yang keras. Mengikuti pelatihan penulisan dan atau melakukan diskusi aktif dengan sesama penulis artikel, terutama yang sudah berpengalaman, merupakan suatu keharusan (kecuali bagi penulis yang benarbenar berbakat/gifted).

b. Membaca artikel ilmiah yang baik di bidang ilmu kita.
Artikel ilmiah, walaupun memiliki dasar-dasar yang sama, namun harus disadari bahwa setiap bidang ilmu, bahkan setiap jurnal, memiliki gaya selingkung (in-house style) sendiri-sendiri. Oleh karena itu, membaca (dan mengamati) dengan seksama artikel-artikel ilmiah dalam bidang ilmu kita, merupakan hal yang sangat penting.

c. Menetapkan jurnal ilmiah yang kita ingin kirimi artikel ilmiah.
Sebagaimana telah disampaikan di atas, karena setiap jurnal memiliki kekhasan masing-masing, maka sebelum kita memulai proses penulisan artikel kita, tetapkanlah terlebih dahulu jurnal ilmiah mana yang kita ingin artikel ilmiah kita dimuat. Sebenarnya ada tambahan lain dalam kriteria pemilihan jurnal ilmiah yang kita akan kirimi naskah.

Contohnya adalah reputasi jurnal ilmiah tersebut, apakah terakreditasi atau tidak?
Apakah tersebar luas atau tidak (memiliki situs di internet atau tidak, memiliki penyunting pakar tidak, dlsb. Faktor biaya penerbitan juga layak dipertimbangkan, karena sering jurnal ilmiah meminta bayaran yang tidak dapat dipenuhi oleh calon penulis yang dananya terbatas. Memilih jurnal ilmiah adalah proses yang memerlukan pemikiran yang matang dari berbagai sudut pertimbangan, dan umumnya keputusannya adalah sebuah kompromi dari berbagai pertimbangan tersebut.

d. Mendapatkan “petunjuk penulisan artikel” jurnal tersebut dan salah satu contoh artikelnya.
Sebagai akibat dari adanya gaya selingkung, oleh karena itu, sangat penting bagi seorang calon penulis artikel ilmiah untuk mendapatkan ‘petunjuk penulisan artikel” dari jurnal yang dipilihnya. Selain petunjuk penulisannya, sangat dianjurkan juga untuk mendapatkan salah satu artikel yang sudah diterbitkan dalam jurnal tersebut.

Hal ini untuk berjaga-jaga jika pemahaman kita tentang petunjukan penulisan artikel tidak terlalu benar. Sebagai penulis artikel, si penulis HARUS bersedia mematuhi seluruh ketentuan yang ada di dalam petunjuk penulisan artikel jurnal tersebut, sampai ke hal-hal yang detil, misalnya tentang cara penulisan satuan, cara penyingkatan nama jurnal, dlsb. Jangan pernah seorang penulis artikel mencoba mempengaruhi redaksi jurnal tersebut dengan alasan bahwa cara yang digunakan si penulis merupakan hal yang baku di bidangnya. Jika tidak suka dengan gaya selingkung jurnal tersebut, maka tidak ada paksaan bagi si penulis untuk mengirimkan naskah ke jurnal tersebut.

e. Mengecek ulang data penelitian kita (analisis, metodenya, penyajiannya, dlsb.).
Sebelum menulis artikel, si penulis harus sudah yakin bahwa penelitian yang datanya akan dilaporkan, sudah memenuhi kaidah akademik (misalnya adanya perlakuan pembanding atau kontrol, adanya pengulangan dan randomisasi, sudah memenuhi ketentuan statistik, sudah menggunakan metode penelitian yang tepat untuk tujuan penelitian tersebut, dlsb.). Selain itu, data juga sudah harus diuji statistik (kalau datanya memang mengharuskan diuji statistik), sudah dibuat tabulasi atau disajikan sebagai gambar secara benar dan memenuhi kaidah keilmuan, dlsb.

f. Menjamin tidak akan ada masalah kepemilikan hak atas artikel ilmiah yang akan diterbitkan. Persiapan terakhir sebelum menulis adalah mengklirkan hak kepemilikan atas artikel yang akan ditulis, terutama untuk artikel tentang penelitian kelompok atau yang melibatkan mitra. Bagi mahasiswa, jika artikelnya berasal dari skripsi, tesis, atau disertasi (STD), harus jelas terlebih dahulu, siapa yang lebih berhak atas penelitian tersebut. Keteledoran tentang hak kepemilikan ini sering menjadi masalah di kemudian hari. Redaksi jurnal biasanya tidak mau tahu tentang hal ini, karena sudah menjadi kewajiban para penulis artikel untuk mengklirkan hal ini sebelum artikel ditulis. Hal ini penting misalnya jika STD berupa penelitian proyek dosen dari dana hibah, yang salah satu ketentuannya adalah harus ada artikel ilmiah atas nama si ketua peneliti.

Pada prinsipnya, hak atas artikel ilmiah dari suatu penelitian kelompok, seyogyanya harus ditetapkan dan disepakati oleh setiap anggota kelompok, jauh sebelum penelitiannya sendiri dilakukan. Salah satu tujuan penulisan artikel ilmiah selain untuk penyebarluasan informasi ilmiah adalah untuk mendapatkan kredit point (cum).

Di Indonesia berlaku ketentuan bahwa penulis utama (penulis nomor 1 atau autor senior) mendapatkan 60% dari total kredit point artikel tersebut. Sebanyak 40% sisanya dibagi rata oleh autor-autor berikutnya. Kalau autornya hanya seorang, tentunya 100% dari kredit point adalah miliknya sendiri. Pada masa lalu, setiap artikel ilmiah harus menyertakan nama kepala lab., tidak peduli apakah ia terlibat atau tidak di dalam percobaan/penelitian yang dilaporkan. Penempatannya biasanya sebagai autor terakhir.

Hal ini menyebabkan kemudian orang berebutan untuk menjadi autor terakhir untuk “prestise”. Timbul kesulitan yaitu bagaimana jika ada artikel yang penelitiannya dilaksanakan di lebih dari satu lab? Untuk mencegahnya, di Inggris, beberapa jurnal mengurut autor secara alfabetis. Nampaknya memang adil, tetapi sebenarnya tidak, karena autor yang memiliki konstribusi tinggi terhadap penelitian memiliki kredit point yang sama atau bahkan lebih rendah dengan autor yang tidak/kurang memberikan konstribusinya.

Oleh karena itu, menurut cara modern, pengurutan autor didasarkan atas besar-kecilnya peranan autor dalam penelitian (dan dalam menulis artikel). Disepakati bahwa penulis pertama adalah autor senior yang paling bertanggung jawab dalam pelaksanaan penelitian yang dilaporkan. Komunikasi tentang artikel tersebut dapat saja diwakilkan kepada autor lain, tidak selalu harus ke autor senior. Yang dimaksud dengan senior bukan didasarkan atas umur, kepangkatan, atau jabatan, namun didasarkan pada urutan peranan pentingnya autor tersebut terhadap percobaan/penelitian yang dilakukan Etikanya, kolega atau penyelia (supervisor) tidak selayaknya meminta namanya dimasukkan menjadi autor jika ia tidak terlibat sama sekali dalam penelitian/percobaan.

Bahkan jika nama kita yang tidak terlibat dalam proses pelaksanaan penelitian namun dicantumkan sebagai salah satu autor oleh si peneliti utama, selayaknya kita menolak dengan sopan. Sebelum meminta atau menerima nama kita dicantumkan sebagai salah satu autor suatu artikel ilmiah, sebaiknya ingatlah bahwa seorang autor sebuah artikel adalah seseorang yang bertanggung jawab secara intelektual terhadap hasil riset yang dilaporkan. Setiap autor yang dicantumkan namanya harus memiliki peran yang penting dalam riset yang dilaporkan. Sebaiknya urutan autornya harus ditentukan sebelum percobaan dilakukan. Urutan ini bisa saja berubah jika dalam pelaksanaannya terjadi berubahan. Secara singkat, pencantuman autor dalam artikel ilmiah seharusnya hanya berisi nama-nama autor yang memiliki konstribusi yang mendasar terhadap pekerjaan yang dilaporkan.

Contoh kasus (Diambil dari Day, 1988) :

Ilmuwan A merencanakan serangkaian percobaan.

A menugaskan teknisi B untuk melaksanakan percobaan dan menjelaskan bagaimana melaksanakan percobaan. Jika percobaan berhasil dan hasilnya kemudian dipublikasikan, maka Tarkus Suganda 5 A akan merupakan satu-satunya autor, sekalipun teknisi B melakukan semua pekerjaan (Teknisi B dihargai dalam pernyataan tertulis di bagian “Ucapan Terima Kasih”). Andaikan percobaan tersebut kurang sukses, dan si Teknisi B kemudian menyarankan kepada Ilmuwan A perbaikan pelaksanaan (misalnya mengganti temperatur inkubasi dari 15 ke 270 C), dan kemudian percobaan menjadi berhasil, maka nama Teknisi B masuk menjadi autor kedua. Andaikan, jika kemudian diketahui bahwa dengan merubah temperatur inkubasi tersebut organisme yang diteliti menjadi patogenik, sementara menurut literatur organisme tersebut sebenarnya non patogenik. Ilmuwan A kemudian meminta bantuan Ilmuwan C untuk melaksanakan test singkat patogenisitas. Peranan C dihargai dalam “Ucapan Terima Kasih”. Andaikan lagi, Ilmuwan C tertarik dengan organisme tersebut dan melakukan serangkaian percobaan terencana dan menemukan bahwa organisme tersebut bukan hanya patogenik terhadap binatang / tanaman percobaan tetapi juga terhadap manusia. Akhirnya sebuah tabel baru ditambahkan kedalam naskah, dan bagian hasil dan pembahasan kemudian direvisi, maka A, B, dan C kemudian menjadi autor.

III. PELAKSANAAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH (KOMPONEN ARTIKEL ILMIAH) A.

Perbedaan Format Dasar LPSTD Dengan Artikel Ilmiah Sebagaimana telah disampaikan di atas, artikel ilmiah memiliki format dasar atau komponen yang berbeda dengan LPSTD. Artikel ilmiah adalah bentuk ringkas dari LPSTD. Format baku bagian inti dari suatu artikel ilmiah, terkenal dalam sebutan berbahasa Inggris sebagai IMRaD, yang merupakan singkatan dari Introduction (Pendahuluan), Materials and Method (Bahan dan Metode), Results (Hasil), and Discussion (Diskusi atau Pembahasan). Pada sebagian jurnal, bagian Hasil digabungkan dengan Pembahasan, sebagai “Hasil dan Pembahasan”. Berikut adalah contoh dari format atau komponen bagian inti dari LPSTD. Bab I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian 1.2 Rumusan (Identifikasi) Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Kegunaan (Manfaat) Penelitian Bab II. Kajian (Tinjauan) Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 2.1 Kajian (Tinjauan) Pustaka 2.2 Kerangka Pemikiran 2.3 Hipotesis Bab III. Metodologi atau (Bahan dan Metode) 3.1 Bahan 3.2 Metode Bab IV. Hasil dan Pembahasan (ada yang memisahkan ada juga yang tidak) Bab V. Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan 5.2 Saran Daftar Pustaka Gambar 1. Format Penulisan LPSTD berbasis metode kuantitatif Tarkus Suganda 6 Untuk LPSTD kuantitatif, mengubahnya menjadi artikel ilmiah adalah dengan cara menggabungkan kemudian meringkas Bab I dan Bab II menjadi bagian Pendahuluan, sementara untuk bagian lainnya tetap namun hanya diringkas saja. Bab I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian 1.2 Kajian Literatur 1.3 Fokus Penelitian atau Pernyataan Masalah 1.4 Metodologi Bab II. Hasil dan Pembahasan (ada yang memisahkan ada juga yang tidak) Bab III. Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan 5.2 Saran Daftar Pustaka Gambar 2. Format Penulisan LPSTD berbasis metode kualitatif Sementara itu, untuk format baku bagian inti LPSTD kualitatif tidak banyak yang diubah, melainkan hanya menyingkatnya saja. B. Pemahaman Fungsi dan Tata Cara Penulisan Setiap Komponen Artikel Ilmiah B.1. Judul Judul adalah bagian pertama dari artikel ilmiah yang akan dibaca orang. Oleh karena itu, penulisan judul harus dibuat sedemikian rupa agar pembaca artikel tertarik. Judul yang baik adalah judul yang ‘terdiri atas sesedikit mungkin kata-kata namun dapat dengan tepat menggambarkan isi tulisan’. Kriteria judul yang baik adalah : 1. Dapat dengan ringkas mengidentifikasikan masalah yang dilaporkan oleh tulisan. 2. Dapat mengidentifikasi tujuan dari penelitian yang dilaporkan dalam artikel. 3. Menarik, dalam arti dapat mempengaruhi pembaca untuk membaca seluruh artikel. 4. Judul artikel dibatas jumlah katanya, biasanya maksimum hanya 15 buah kata. Jika untuk memenuhi kaidah judul yang baik di atas diperlukan lebih dari 15 buah kata, maka itu artinya menandakan bahwa mungkin penulis sebaiknya memecah artikel tersebut menjadi lebih dari satu artikel ilmiah. Tidak perlu memaksakan agar semua informasi dipadatkan ke dalam sebuah artikel, sehingga untuk judulnya saja diperlukan jumlah kata yang banyak. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa satu penelitian (LPSTD) dapat ditulis menjadi beberapa artikel ilmiah. Dengan demikian, tidak selalu judul artikel ilmiah harus sama persis dengan judul LPSTD. Dari definisi tentang judul yang baik di atas, seseorang mungkin akan menafsirkan bahwa semakin sedikit jumlah kata suatu judul tulisan, semakin baik judul tersebut. Hal ini tidaklah selalu benar, karena judul yang pendek namun tidak cukup deskriptif juga berarti tidak baik. Sebagai contoh : “Biologi Ulat Sutera”. Judul ini cukup pendek, namun sama sekali tidak deskriptif. Biologi itu sangat luas. Apakah yang dimaksud dengan ‘biologi’ adalah tentang : reproduksi, sistematik, atau lainnya. Kemudian, apakah yang dimaksud dengan ulat sutera, apakah Bombyx mori atau spesies lainnya? Tarkus Suganda 7 Selain itu, pada judul di atas (Biologi Ulat Sutra), tidak baik untuk sebuah judul artikel ilmiah, namun lebih tepat merupakan judul payung penelitian, atau judul sebuah tulisan bahan pengajaran (buku pelajaran) yang akan mengupas berbagai hal yang berkaitan dengan biologi ulat sutera. Contoh lain : Penghambatan antibiotik terhadap bakteri. Judul ini juga kurang baik, karena tidak jelas apakah penghambatan yang dimaksud adalah penghambatan terhadap semua jenis antibiotik atau hanya pada antibiotik tertentu saja? Semua jenis bakteri-kah atau hanya jenis bakteri tertentu? Mungkin akan lebih baik jika judul tersebut diubah menjadi (misalnya) : “Penghambatan pertumbuhan bakteri Pseudomonas solanacearum oleh streptomycin secara in vitro”. Namun, perlu juga disadari bahwa panjangnya suatu judul bukan disebabkan oleh banyaknya materi yang ingin disajikan, namun lebih disebabkan oleh kelemahan si penulis artikel dalam memilih kata yang tepat. Si penulis mungkin terlalu royal dengan informasi yang tidak penting, yang tidak seharusnya dicantumkan di dalam judul. Sebagai contoh : • “Pengaruh usahatani terapan dalam meningkatkan pendapatan petani dalam rangka swasembada pangan secara tumpang sari di Desa Kauman, Kecamatan Banyuasih, Kabupaten DT Singapura, Provinsi DT I Jawa Utara : Suatu studi kasus”. • “Pengaruh aplikasi pupuk hayati (inokulasi Azotobacter sp. dan mikoriza) dan pupuk nitrogen terhadap serapan N,P dan dinamika populasi mikroba tanah (Azotobacter sp.), derajat infeksi akar serta hasil tanaman tomat (Lycopersicon esculentum) pada lahan marginal cultisols”. Jika ada artikel berjudul demikian, saya yakin calon pembaca sudah akan membatalkan niatnya untuk membaca artikel tersebut, sebagus apapun isi dari artikel tersebut. Untuk kedua judul artikel di atas, dapatkah Anda membuatnya lebih singkat tanpa harus kehilangan makna dan informasinya? Selain jumlah kata, dalam membuat judul yang baik, seorang penulis artikel harus pula dapat memilih kata dan menentukan urutan kata dengan tepat. Urutan kata yang salah akan dapat mengacaukan maksud yang ingin dicapai. Sebagai contoh : “Pengaruh penggantian campuran dedak dan bungkil kacang kedele oleh bungkil biji kapok terhadap prestasi ayam broiler umur 4-8 minggu” Pada judul di atas, kata ‘oleh’ sebaiknya diganti dengan kata ‘dengan’, karena kata ‘oleh’ lebih menunjukkan pelaku (manusia) yang menggantikan dedak dan bungkil kacang kedele dengan biji kapok. Selain itu, sudah tepatkah pemilihan kata ‘prestasi’ bagi ayam broiler? Jadi pada judul di atas, pilihan kata kurang tepat. Contoh lain : Pengaruh seleksi umur dalam terhadap periode pengisian biji dan hasil pada kedelai Dapatkah Anda mencari apa yang salah dari judul di atas dan mengoreksinya? Tarkus Suganda 8 Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam membuat judul artikel ilmiah adalah : 1. Jangan terlalu spesifik, sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang akan mengerti judul tersebut. Di luar negeri, artikel yang judulnya terlalu spesifik akan langsung ditolak oleh Redaksi Jurnal. Ingat bahwa alasan penulisan artikel adalah penyebarluasan informasi seluas-luasnya. 2. Hindari penggunaan singkatan, terutama yang belum umum, karena singkatan dapat memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang, sekalipun konteksnya mungkin sejalan dengan isi jurnal. Sebagai contoh : “Pengaruh kegiatan KKN terhadap penghasilan petani Desa Cimarga”. Istilah KKN dalam judul tersebut apakah berarti ‘kolusi, korupsi, dan nepotisme’ atau ‘ketahanan dan keamanan negara’, atau ‘kuliah kerja nyata’? 3. Hindari formula kimia, istilah kuno atau kata yang tidak umum. Judul artikel ilmiah (terutama bidang eksakta) dapat ditulis sebagai ‘bungkus’ yang lebih menjelaskan tema penelitiannya tanpa menjelaskan hasil akhirnya, contohnya : “Pengaruh penggunaan pupuk kandang terhadap hasil jagung di lahan kering.” atau dapat pula ditulis dalam redaksional lain, dengan menginformasikan hasil penelitiannya, contohnya : “Pupuk kandang meningkatkan produksi jagung pada budidaya lahan kering”, atau “Pupuk kandang tidak mempengaruhi tingkat produksi jagung pada budiaya lahan kering” Beberapa jurnal ilmiah mengharuskan adanya judul pelari (running title) yang umumnya terdiri dari tiga s.d. lima kata. B.2. Penulisan Nama Autor (Penulis) dan Alamat Bagian kedua dari sebuah artikel ilmiah adalah Nama Diri penulis artikel dan alamat tempat penulis berafiliasi saat penelitian dilaksanakan. Beberapa hal berikut perlu dipahami oleh penulis artikel ilmiah : 1. Tetaplah konsisten dalam menuliskan nama diri dari satu artikel ke artikel lainnya. Penulisan nama yang konsisten memiliki dua sisi penting, yaitu (1) tidak membingungkan orang ketika akan menyitir artikel Anda sebagai pustaka; dan (2) sebagai bukti bahwa anda adalah satu orang yang sama. Di Indonesia, orang sering tidak konsisten dalam menuliskan nama diri dalam tulisan ilmiah. Sebagai contoh, seseorang yang bernama Deliana Rima Susanti, dapat saja menuliskan namanya sebagai Deliana R.S.; D.R. Susanti; D. Rima Susanti, atau kombinasi lainnya. Jika orang tersebut secara konsisten meneliti hal yang sama namun mempublikasikan artikel ilmiah dengan nama yang berlainan, maka orang akan bingung, apakah penulis artikel tersebut orang yang sama atau berlainan. 2. Jurnal ilmiah harus memenuhi kaidah internasional, termasuk penulisan nama. Artinya, suka atau tidak suka, nama belakang, baik berupa marga ataupun tidak sebaiknya jangan disingkat. Untuk contoh di atas, sebaiknya jangan pernah menggunakan nama Deliana R.S., karena nama akan membingungkan ketika Tarkus Suganda 9 harus ditulis dalam daftar pustaka. Nama belakang berupa singkatan (pada contoh kasus di atas sebagai R.S.) tidak dikenal dalam sistem penulisan nama. 3. Jika autor artikel lebih dari seorang, maka cantumkanlah siapa yang bertanggung jawab untuk komunikasi surat jika ada yang berminat menghubungi untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang artikel tersebut. 4. Alamat yang dicantumkan menyertai nama autor adalah alamat tempat pelaksanaan penelitian yang artikelnya dilaporkan dan bukan tempat institusi bekerja para autornya. Jadi, jika artikel melaporkan hasil riset pascasarjana di Unpad, maka alamatnya harus alamat Unpad sekalipun penulis utamanya merupakan pegawai di tempat lain. Jika autornya sekarang sudah tidak lagi berada di tempat tersebut, maka hal itu biasanya diberitahukan sebagai catatan kecil di bagian lain dari artikel tersebut. 5. Tuliskanlah alamat sejelas-jelasnya, termasuk alamat surel, sehingga akan mempermudah orang lain yang ingin melakukan korespondensi. Salah satu tujuan mencantumkan alamat penulis adalah selain sebagai identitas diri (contohnya adalah membedakan "Robert" yang bekerja di instansi A dengan 'Robert' yang bekerja di instansi B), adalah untuk keperluan komunikasi bagi yang berminat mendapatkan informasi tambahan tentang artikel tersebut. B.3. “Abstract”, “Abstrak”, dan “Kata Kunci” Setelah bagian Judul dan Nama Autor, maka bagian berikutnya yang akan dibaca orang dari suatu artikel ilmiah adalah Abstrak. Baik-buruknya sebuah Abstrak akan menentukan apakah pembaca akan membaca atau tidak bagian-bagian lain dari artikel tersebut. Abstrak (atau Abstract dalam Bhs. Inggris) adalah versi singkat sebuah artikel. Abstrak merupakan ringkasan dari setiap bagian inti sebuah artikel (IMRaD). Oleh karena itu, sebuah Abstrak yang baik harus mengandung bagian yang berperan sebagai Pendahuluan, Bahan dan Metode, Hasil dan Pembahasan, serta Simpulan, yang tentu saja harus ditulis secara ringkas. Karena Abstrak dianggap merupakan ringkasan dari sebuah artikel ilmiah, maka sistem kompilasi dan penyimpanan artikel secara eletronik (contohnya Agricola, CAB Abstract, Websco, dll.) hanya memuat bagian Abstrak dari suatu artikel. Perusahaan penerbit kumpulan abstrak tersebut mengasumsikan bahwa abstrak telah ditulis dengan baik dan merepresentasikan keseluruhan isi artikel. Dalam kata lain, Abstrak merupakan suatu ”petunjuk” bagi calon pembaca suatu artikel ilmiah, apakah perlu meneruskan membaca seluruh artikel atau cukup berhenti sampai bagian Abstraknya saja. Oleh karena itu, Abstrak harus ditulis dengan benar dan penuh ketelitian. Abstrak sebaiknya ditulis ketika seluruh naskah artikel selesai dibuat (dan dibaca berulang-ulang). Jadi, jangan karena urutan letaknya berada setelah Judul dan Nama Autor, maka Abstrak ditulis lebih dahulu daripada bagian lainnya. Abstrak yang baik memiliki beberapa ciri, antara lain : 1. Konsisten dengan isi artikel. Jangan sampai terjadi ada data atau pernyataan di dalam Abstrak berbeda dengan apa yang ditulis di dalam naskahnya. 2. Bersifat self explanatory (cukup jelas dengan sendirinya), tanpa harus merujuk ke dalam naskahnya apalagi ke daftar pustaka. Sebagai contoh, kata-kata demikian tidak baik dimunculkan di dalam abstrak : Tarkus Suganda 10 “........faktor-faktor dominan yang menentukannya, akan dibahas lebih jauh dalam artikel lengkapnya” ”..... Hasil menunjukkan bahwa ditemukan faktor X yang tepat untuk peningkatan hasil” 3. Karena merupakan “versi ringkas” dari artikel, maka Abstrak harus mengandung : (a) alasan mengapa eksperimen dilakukan (rasionalisasi dan justifikasi); (b) tujuan eksperimen; (c). metode eksperimen; (d) hasil; dan (e) kesimpulan. 4. Tidak berisi grafik, tabel, atau pengacuan pustaka. 5. Jumlah kata umumnya tidak melebihi 150 kata (bahasa Indonesia) dan 100 s.d. 150 kata (bahasa Inggris) , dan sebaiknya merupakan 1 paragraf. 6. Tidak merujuk atau berisi tabel, gambar, dan daftar pustaka. Persamaan, formula, dan singkatan juga kurang baik ditampilkan di dalam Abstrak. 7. Sampai batas tertentu, abstrak sering mengulang kata-kata yang terdapat di dalam artikel. Mengenai dibatasinya jumlah kata, banyak dikeluhkan oleh para ilmuwan bidang ilmu sosial. Demi mencapai “kejelasan”, maka jumlah kata terpaksa bertambah. Hal ini nampaknya lebih merupakan suatu ketidaksiapan dalam memilih kata, karena rata-rata artikel berbahasa Inggris dalam bidang ilmu sosial (lihat American Journal of Agricultural Economics dan Journal of Agribussiness) ternyata dapat menyajikan Abstract yang ringkas dan padat. Berikut adalah anatomi dari salah satu contoh abstrak yang baik : Responses of barley cultivars and lines to isolates of Pyrenophora teres A Douiyssi, DC Rasmusson, and AP Roelfs (Plant Disease, 1998) (Penerjemahan dan pemaragrafan dimaksudkan untuk memperjelas bagian-bagian abstrak) Rasionalisasi Net blotch, yang disebabkan oleh Pyrenophora teres, merupakan salah satu penyakit daun yang sangat merugikan pada tanaman barley di seluruh dunia. Tujuan Informasi mengenai reaksi varietas lokal, galur harapan unggul, dan variabilitas patogen mutlak diperlukan dalam mengembangkan suatu program pemuliaan untuk mendapatkan varitas resisten. Metode Reaksi dari 38 galur barley terhadap 15 isolat P. teres telah dilakukan pada stadia bibit di rumah kaca dan hasilnya kemudian diuji di tiga lokasi di Maroko. Hasil Tidak ditemukan adanya galur yang resisten terhadap semua isolat patogen. Variabilitas patogen sangat tinggi karena tidak ada satu isolat pun yang identik. Untuk setiap isolat yang diuji, suatu aras resisten yang tinggi ditemukan pada satu atau beberapa galur. General adult resistance dijumpai sebagai respon terhadap isolat I-1, sementara general seedling resistance ditemukan terhadap isolat I-14. Resistensi dewasa tidak dijumpai pada stadia bibit pada 9 galur terhadap isolat I- Tarkus Suganda 11 1. Hasil pengujian stadia bibit tidak konsisten dengan hasil pengujian stadia dewasa, sehingga mengurangi manfaat uji stadia bibit. Resistensi lapang varitas resisten dan medium resisten (Heartland, Minn7, CI 2333, dan CI 2549) konsisten pada seluruh lokasi eksperimen. Kesimpulan Adanya variabilitas pada P. teres dan tidak adanya galur yang resisten terhadap semua isolat mengindikasikan bahwa strategi pemuliaan tanaman harus menekankan terhadap piramidisasi gen-gen resistensi. Dalam menulis abstrak/abstract, walaupun jurnal yang kita tuju tidak meminta dibuat dalam format seperti contoh diatas (sebagian besar jurnal internasional justru sekarang memintanya), penulis anjurkan agar tetap menggunakan pola seperti di atas. Hal ini dimaksudkan agar abstraknya ditulis dengan benar. Jika kemudian naskah selesai dibuat, maka kita hanya tinggal menghapus bagian-bagian tersebut sehingga abstraknya menjadi sesuai dengan petunjuk penulisan artikelnya. Abstract Abtsract merupakan bagian yang paling kurang mendapat perhatian serius dari penulis artikel di Indonesia., bahkan tesis dan disertasi pun, Abstract-nya banyakyang tidak benar. Banyak yang masih menterjemahkan kata demi kata ke dalam Bhs. Inggris. Kita memang bukan penulis / calon penulis artikel yang beribu-bahasa bhs. Inggris. Hanya sebagian dari kita yang mampu menguasai penulisan bahasa Inggris secara baik dan benar. Namun tetap saja kita dituntut untuk dapat menulis abstract yang baik. Beberapa petunjuk yang dapat diikuti dalam membuat Abstract adalah : 1. Pada prinsipnya aturan menulis abstrak (dalam bhs. Indonesia) sama dengan penulisan “Abstract” 2. Untuk bagian “rasionalisasi”, gunakan “present tenses”. Untuk bagian-bagian lainnya, gunakan “past tenses”. 3. Jangan lupa atau malu untuk berkonsultasi dengan rekan sejawat yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris lebih baik. Kata Kunci /Key words Abstrak biasanya dilengkapi dengan “kata kunci” atau “key words”, yaitu sekumpulan kata-kata yang merupakan penciri atau kata penting yang dapat mengenali artikel yang dimaksud. Jika redaksi jurnal meminta, seorang penulis wajib memilih beberapa buah kata kunci yang akan digunakan biasanya dalam penyortiran secara cepat (dengan komputer) tentang topik penelitian atau pembahasan dari artikel tersebut. Pemilihan kata kunci mutlak menjadi tanggung jawab autor, karena hanya autorlah yang tahu kata-kata apa saja yang dianggap penting untuk mencirikan suatu artikel. Jadi jangan coba-coba menyerahkan pemilihan kata kunci kepada Redaksi karena kalau memang diwajibkan untuk menyertakan kata kunci dan Anda tidak memenuhinya akan menyebabkan naskah Anda ditolak mentah-mentah. B.4. “Pendahuluan” Suatu artikel ilmiah harus dimulai dengan mengemukakan suatu permasalahan secara jelas. Dalam bagian Pendahuluan, autor harus menjelaskan konsep atau hasil Tarkus Suganda 12 riset sebelumnya yang mendasari dilakukannya eksperimen yang akan dilaporkannya, antara lain dengan merujuk kepada pustaka atau teori yang telah terbit sebelumnya. Namun hal ini bukan berarti bahwa bagian pendahuluan harus merupakan suatu review (telaahan) yang ekstensif tentang permasalahan tersebut.. Pengacuan pustaka harus hanya yang benar-benar penting dan relevan dengan permasalahan artikel yang ditulis. Tidak perlu menyediakan acuan yang berlebihan dan terlalu panjang untuk meyakinkan pembaca tentang pentingnya permasalahan tersebut.. Tujuan dari Pendahuluan adalah menyediakan informasi latar belakang yang cukup sehingga dapat membuat pembaca mengerti tentang mengapa permasalahan tersebut dianggap penting untuk dipilih sebagai topik eksperimen/penelitian artikel tersebut. Dalam kata lain, Pendahuluan sekalipun jangan terlalu panjang namun haruslah meliputi : 1. Pernyataan singkat mengenai masalah yang diteliti untuk menjustifikasi dilakukannya riset/eksperimen, atau hipotesis yang mendasarinya. Jelaskan mengapa subyek tersebut dipilih dan mengapa subyek tersebut dianggap penting. 2. Penjelasan tentang temuan orang lain yang ingin dibuktikan atau dimodifikasi. 3. Penjelasan tentang tujuan umum dari dilakukannya eksperimen. 4. Bagian akhir dari Pendahuluan haruslah menyatakan apa yang menjadi tujuan dari artikel atau eksperimen yang dilaporkan. B.5. “Bahan dan Metode” Artikel ilmiah sebenarnya adalah sebuah tulisan yang melaporkan tentang telah ditemukannya suatu ‘pengetahuan baru’ sebagai hasil dari penelitian atau eksperimen yang dilakukan oleh autor. Temuan baru ini harus telah teruji kebenarannya. Suatu ‘artifact’ atau hasil temuan yang diperoleh secara kebetulan, tidak selayaknya dikatakan sebagai suatu ‘ilmu pengetahuan’, karena tidak /belum tentu memenuhi kriteria sebagai suatu hasil yang reproduceable. Oleh karena itu, jurnal ilmiah luar negeri biasanya mensyaratkan bahwa data yang ditampilkan dalam artikel harus merupakan hasil dari eksperimen yang telah diulang (bukan hanya perlakuannya yang diulang), misalnya data yang ditampilkan merupakan data dari paling tidak dua kali eksperimen, atau satu eksperimen namun memiliki ulangan atau sampel yang representatif (sering jauh lebih banyak daripada batas minimum yang ditentukan). Layak tidaknya data yang ditampilkan umumnya merupakan tugas utama seorang editor atau Dewan Redaksi Pakar, dan bukan tanggung jawab Redaksi Pelaksana. Kejelasan (clarity) merupakan syarat utama dari suatu artikel ilmiah yang baik. Oleh karena itu, bagian Bahan dan Metode yang digunakan di dalam melaksanakan suatu eksperimen, haruslah ditulis dengan sejelas mungkin, sehingga jika orang lain yang berkompeten mengulang riset yang sama akan diperoleh hasil yang relatif sama pula (penelitian haruslah repeatable dan data hasil penelitian haruslah reproduceable). Orang yang berkompeten adalah orang yang memiliki latar belakang kemampuan atau bidang ilmu yang relatif sama. Beberapa kiat untuk menguji apakah bagian Bahan dan Metode dari naskah artikel kita sudah jelas atau belum : 1. Cobalah rekan se-laboratorium untuk membaca bagian tersebut, dapatkah rekan tersebut mengikuti alur pelaksanaan penelitian kita? Tarkus Suganda 13 2. Dalam menjelaskan secara detil, cobalah jawab pertanyaan berikut : (a) Apakah pembaca umumnya sudah mengenal metode yang saya lakukan? (b) Apakah detil dari metode yang dilakukan berperan penting dalam eksperimen saya? 3. Jika bahan yang digunakan cukup banyak, maka tampilkan bahan-bahan tersebut dalam tabel khusus atau kalau perlu, jelaskan dengan gambar/diagram. Bahan yang dimaksud misalnya adalah nama-nama isolat mikrob, judul buku-buku yang dikaji, nama varietas yang diuji, dan sebagainya. 4. Jangan menyebut satu per satu bahan eksperimen (sebagaimana mahasiswa melakukannya dalam menulis skripsi), tetapi rangkaikanlah urutan pekerjaan menjadi suatu kalimat/paragraf yang menceritakan bagaimana bahan-bahan tersebut digunakan di dalam eksperimen/riset. 5. Jika Metode yang digunakan meniru dari apa yang sudah dilakukan orang, maka pencantuman referensi merupakan hal yang mutlak dilakukan. Jika suatu teknik yang digunakan sudah sangat dikenal, dapat saja kita hanya dengan menyebutkan nama teknik tersebut. Sedangkan jika metode yang digunakan adalah metode ciptaan sendiri (sesuatu yang jarang sekali terjadi dalam riset ilmiah zaman modern ini), maka rincian secara detil merupakan suatu hal yang mutlak harus dijelaskan dalam artikel. 6. Dalam menyebutkan bahan percobaan, spefisikasi teknis, kuantitas, sumber perolehan, dan metode penyiapan bahan-bahan yang digunakan dalam eksperimen, harus dijelaskan secara detil. Jika suatu produk komersil digunakan, berikan nama dan alamat perusahaan produsennya di dalam kurung setelah produk tersebut ditulis. Dalam beberapa artikel ilmiah sering dijumpai penulis yang hanya mengatakan bahwa (contohnya) : “………… metode penelitian dilakukan menurut Metode Dixon (1985)” Cara ini dianggap kurang jelas. Setelah kalimat di atas, seharusnya diikuti dengan penjelasan bagaimana metode Dixon tersebut dilakukan. Hal ini penting karena belum tentu semua pembaca mampu mendapatkan kepustakaan yang menjelaskan secara detil bagaimana melakukan metode Dixon tersebut. Dengan menjelaskannya, maka kita menjadi sumber kepustakaan tentang metode Dixon tersebut, jika seandainya pustaka aslinya sulit diperoleh. Mulailah proses penulisan bagian Bahan dan Metode pada saat penelitian masih berlangsung, karena pada saat itu, biasanya ingatan kita masih segar tentang bagaimana riset tersebut kita laksanakan. Hal ini penting dilakukan karena sering, naskah artikel ilmiah ditulis berselang 1-2 tahun setelah selesainya pelaksanaan penelitian sehingga catatan tentang bahan dan metodenya sering sudah tidak lagi tersedia. B.6. “Hasil” Tergantung dari style suatu jurnal ilmiah, bagian ‘Hasil’ ada yang dipisahkan dari, dan ada pula yang disatukan dengan bagian ‘Pembahasan’. Bagian “Hasil” merupakan bagian artikel yang bertujuan untuk menyampaikan informasi baru hasil temuan dari eksperimen / riset yang telah kita lakukan. Terdapat kesalahan umum yang sering dilakukan oleh penulis artikel ilmiah dalam membuat bagian ‘Hasil’ ini, yaitu banyak penulis yang mengulang-ulang pernyataan dari apa yang sudah jelas tertuang dalam gambar dan grafik. Jika tabel dan gambar telah dipersiapkan dengan benar dan baik, maka hasil dan desain eksperimen juga pasti sudah nampak jelas. Oleh karenanya, tabel, grafik, dan ilustrasi lainnya dalam bagian Hasil ini haruslah dengan jelas menggambarkan data Tarkus Suganda 14 eksperimen. Data yang sudah ada dalam tabel, gambar, grafik dan ilustrasi lainnya jangan diulas panjang lebar di dalam teks. Hanya temuan yang bermakna (significant) dan yang berkorelasi dengan tujuan eksperimen saja yang ditonjolkan. Tidak perlu semua data ditampilkan. Ingatlah pepatah (J.W. Powell, 1888) yang menyatakan bahwa “orang bodoh bekerja mengumpulkan data, hanya yang bijaksana yang dapat memilih-milihnya” (dan membuatnya menjadi bermakna, Tarkus Suganda). Hal ini tidak berarti bahwa kita harus menutup-nutupi jika terdapat kelemahan di dalam eksperimen kita. Hal-hal negatif yang mungkin timbul dari eksperimen yang kita lakukan juga harus mendapat tempat untuk dibahas dalam bagian “Hasil”. Jika artikel melaporkan lebih dari satu eksperimen, maka tujuan setiap eksperimen harus dinyatakan secara tegas di dalam teks. Hasil-hasilnya harus dikaitkan satu sama lain, oleh karenanya, banyak jurnal yang menggabungkan bagian Hasil dengan Diskusi/Pembahasan. B.6.1. Membuat Ilustrasi Yang Efektif Ilustrasi dalam manuskrip/naskah artikel ilmiah dapat berupa foto, gambar, grafik, atau tabel. Foto, kecuali kalau sangat penting, biasanya tidak dianjurkan karena harus memenuhi persyaratan yang ketat, antara lain harus dicetak pada kertas glossy, sebaiknya hitam putih, dibuat dalam halaman terpisah, dan sebagainya. Selain itu, perlu diingat pula bahwa biaya pencetakan foto sangat mahal. Dalam membuat ilustrasi, janganlah mengada-ada. Jika hasil yang ingin disampaikan dapat dikemukakan dalam kalimat sederhana, jangan gunakan tabel atau grafik. Contoh, perhatikan gambar di bawah ini. Data diatas sebenarnya dapat dinyatakan sebagai kalimat sederhana dan ringkas : “..... kecepatan reaksi larutan yang diteliti mencapai maksimal pada pH 8”. Selain tidak efisien, contoh gambar di atas merupakan contoh yang buruk tentang ilustrasi, karena : 1. Gambar grafiknya bersifat terbuka 2. Tidak mencantumkan satuan dari aksis dan ordinat 3. Belum ada judulnya B.6.2. Kapan Memilih Grafik, Kapan Memilih Tabel? • Jika yang ingin ditampilkan adalah “trend” atau kecenderungan perkembangan dari data, maka pilihlah grafik; Tarkus Suganda 15 • Jika data berupa angka “mati”, tampilkan dalam tabel; • Tabel lebih murah dan mudah dibandingkan dengan grafik; • Pada grafik, jika nilai tertinggi pada absis adalah 78, maka angka tertinggi gunakan 80. Jika menggunakan 100 (terutama jika dalam persen), maka grafik akan jadi kecil dan banyak ruang kosong; • Pada grafik, tidak perlu semua titik pada absis di”tandai” karena akan menyebabkan grafik menjadi sangat penuh. • Gunakan huruf keterangan absis dan ordinat minimum berukuran 14 • Gunakan simbol yang umum dipakai • Hindari grafik yang menggunakan warna-warna. Karena jurnal tidak dicetak berwarna-warni, maka grafik sebaiknya dapat dikenali perbedaannya berdasarkan tanda-tanda bukan dengan warna. Judul Ilustrasi • Ilustrasi (tabel, grafik, dll) harus dapat menjelaskan dengan sendirinya (self explanatory). Jangan sampai untuk memahami ilustrasi pembaca harus merujuk pada teks • Di dalam membuat judul ilustrasi, janganlah menyebut kata ‘grafik’ untuk ilustrasi berupa grafik, atau kata ‘tabel’ untuk ilustrasi berupa tabel. Pembaca jurnal bukan orang bodoh yang tidak tahu membedakan grafik dari tabel. Semua orang tahu mana yang namanya grafik, tabel, atau kurva. • Tekankan pada “peristiwa” atau “proses” yang ingin ditonjolkan dengan menampilkan ilustrasi tersebut. • Kalau tanpa ilustrasi artikel sudah cukup jelas, maka jangan memaksakan menampilkan ilustrasi, karena biaya ilustrasi cukup mahal. Sebaliknya, jika tulisan kita sulit dimengerti dan ternyata ilustrasi jauh lebih dapat menjelaskan maksudnya, maka ilustrasi adalah suatu keharusan. B.7. “Pembahasan” atau “Diskusi” Di dalam bagian “Diskusi” autor berkersempatan untuk membandingkan hasil dari eksperimen yang dilakukan dengan ilmu yang sudah ada. (Suatu temuan hanya dapat dikatakan sebagai suatu “ilmu pengetahuan” jika temuan tersebut telah dipublikasikan ke khalayak secara ilmiah). Hal-hal penting dari temuan eksperimen yang dilakukan kemudian akan dikelompokan ke dalam “Kesimpulan”. Oleh karena itu, dalam banyak jurnal “Diskusi” disebut sebagai “Pembahasan”. Bagian Diskusi menafsirkan data yang ditampilkan dalam bagian Hasil, yang dikaitkan dengan masalah, pertanyaan, atau hipotesis yang ditampilkan di dalam bagian Pendahuluan. Suatu diskusi yang baik akan terdiri dari : 1. Prinsip-prinsip, hubungan, dan generalisasi yang didukung oleh data hasil eksperimen 2. Kekecualian, ketiadaan korelasi, dan definisi dari hal-hal yang belum baku, kesenjangan pengetahuan, dan hal-hal yang memerlukan suatu penyelidikan lanjutan 3. Penekanan pada hasil dan kesimpulan yang baik setuju maupun tidak setuju dengan hasil-hasil pengamatan lain 4. Implikasi praktis maupun teoritis 5. Kesimpulan, dengan ringkasan bukti-buktinya Tarkus Suganda 16 Bagian Diskusi, jika tidak digabungkan dengan bagian Hasil, jangan merekapitulasi hasil, tetapi harus mendiskusikan arti dari hasil yang diperoleh. Pembaca harus diberi penjelasan bagaimana hasil eksperimen memberikan suatu jawaban terhadap permasalahan yang dinyatakan dalam bagian Pendahuluan atau yang dinyatakan dalam tujuan eksperimen. Pekerjaan kita harus dikaitkan dengan pekerjaan yang dilaporkan sebelumnya, dan jelaskan mengapa hasilnya sama atau berbeda. Spekulasi tentang fenomena yang muncul dalam riset yang dilaporkan dianjurkan untuk dilakukan namun tetap harus beralasan, dan harus dapat dibuktikan. Harus pula dapat diidentifikasi terpisah dari bagian Diskusi dan Kesimpulan. Jika hasil eksperimen berbeda dengan hasil sebelumnya karena sesuatu sebab yang tidak diketahui, penjelasan yang beralasan harus diberikan. Hasil yang kontroversi harus didiskusikan secara jelas dan jujur. Kesalahan umum lainnya dari penulis artikel yang belum terlatih adalah menyajikan data tanpa menjelaskan apa manfaat dari data yang ditampilkan tersebut. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai menampilkan what, tanpa menyebutkan why, how, atau so what-nya. B.8. “Ucapan Terima Kasih” / “Sanwacana” (Acknowledgment) Bagian ini adalah bagian untuk mengungkapkan rasa terima kasih terhadap perorangan atau kelompok lainnya atas bantuan, saran, biaya yang telah diterima selama pelaksanaan eksperimen maupun selama penulisan artikel. Bagian ini biasanya ditempatkan setelah “Diskusi” sebelum “Daftar Pustaka”. Sebagai manusia, peneliti tidak mungkin lepas dari bantuan orang lain, apalagi dalam melaksanakan penelitian dan menulis artikel ilmiah. Maka, sudah sewajarnya, penulis artikel mengucapkan terima kasih kepada fihak-fihak yang telah membantunya, sekalipun bagian “Ucapan Terima Kasih” ini boleh ada boleh juga tidak ada dalam suatu artikel ilmiah. Dalam bagian ini, autor berkesempatan mengucapkan terima kasih kepada “Pelaksana Penelitian” yang biasanya diekspresikan sebagai “...... atas bantuan teknisnya”, dan kepada “Mereka yang membantu menerangkan mengapa dan bagaimana tentang data kita” yang biasanya diekspresikan sebagai “......atas diskusinya”. Penelitian umumnya didanai oleh fihak penyandang dana, dan jarang sekali yang didanai oleh uang si peneliti sendiri. Bagian sanwacana ini disediakan untuk mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada mereka yang membantu mulai dari konsep penelitian sampai proses penulisan artikel. B.9. Menuliskan “Referensi” di Dalam Naskah Mencantumkan referensi di dalam naskah jurnal ilmiah merupakan suatu ‘keharusan’. Tanpa mencantumkan kepustakaan, maka Anda dapat dikategorikan sebagai plagiat, yang merupakan status terhina bagi seorang ilmuwan. Terdapat berbagai cara menuliskan referensi di dalam naskah. Setiap jurnal memiliki gaya (style) masing-masing. Menurut O’Connor (1978) dari 52 jurnal ilmiah internasional, ternyata terdapat 33 style yang berbeda, atau hampir berarti bahwa tidak ada dua jurnal yang memiliki gaya penulisan referensi yang sama. Oleh karena itu, tidak ada cara lain selain harus mempelajari dengan seksama bagaimana gaya dari jurnal yang akan dikirimi naskah. Tarkus Suganda 17 Secara garis besar, perhatikan hal-hal berikut : • Cantumkan hanya referensi yang benar-benar ada kaitannya dengan isi eksperimen. • Cantumkan hanya referensi yang sudah dipublikasi. • Sekalipun diperbolehkan, minimalkan pencantuman referensi yang berupa : o skripsi, tesis, disertasi; o abstrak; o data yang belum dipublikasikan; o in press; o komunikasi pribadi. Jika referensi yang belum dipublikasi tersebut sangat penting, sebaiknya cantumkan dalam teks. • Cek cara penulisan, apakah style-nya sudah sesuai dengan jurnal sasaran? • Jika referensinya bahasa asing, contoh Johanssen and Martin (1996), jangan merubahnya menjadi “Johanssen dan Martin (1996). • Sekarang, banyak jurnal mengganti kata ‘dan’ atau ‘and’ dengan simbol ‘&’ yang bersifat universal. Secara singkat, perihal penulisan referensi ini sekali lagi, ikuti secara ketat Petunjuk Penulisan Artikel dari jurnal yang kita tuju. B.10. Menyingkat Nama Jurnal Menyingkat nama jurnal tidak dapat dilakukan sembarangan. Jurnal yang baik biasanya mencantumkan bagaimana nama jurnal mereka disingkat. Terdapat suatu konsensus internasional dalam menyingkat nama jurnal, dan biasanya mengikuti suatu daftar khusus penyingkatan nama jurnal (Official list of journal titles abbreviation). Secara umum, jika nama jurnal terdiri dari satu suku kata, maka umumnya tidak pernah disingkat. Contohnya : Phytopathology; Phytophilactica, dll. Jika nama jurnal lebih dari satu kata, contohnya Plant Disease, maka umumnya disingkat menjadi Plant Dis., Journal of Tropical Agriculture biasanya disingkat menjadi J. Trop. Agric., dan lain-lain. B.11. Mempersiapkan Daftar Pustaka Daftar Pustaka adalah daftar yang lengkap memuat semua referensi tercetak yang dijadikan acuan dalam artikel yang ditulis. • Gaya penulisannya juga bervariasi dari jurnal ke jurnal. • “komunikasi pribadi” dan “data belum dipublikasikan” hanya boleh ditulis di dalam teks dan tidak ada di Daftar Pustaka. Biasanya ditulis di dalam tanda kurung. • Jika ada referensi yang disebut dalam naskah tapi tidak ada dalam Daftar Pustaka, maka editor jurnal dapat menolak naskah. • Hati-hati dengan salah ketik, baik nama maupun judul referensi. Kesalahan pengetikan akan diartikan kita dianggap tidak memiliki atau tidak membaca Tarkus Suganda 18 referensi aslinya. Editor tidak akan dapat membantu merevisi kesalahan ketik dalam Daftar Pustaka. • Kiat agar penulisan Daftar Pustaka lengkap : • Buat daftar sebagai tahaf penulisan naskah paling akhir. • Baca naskah dari awal sampai akhir, lalu tulis semua referensi yang ditemui dalam naskah dalam suatu daftar. • Gunakan daftar tersebut untuk menyusun Daftar Pustaka. • Sebenarnya, sekarang sudah tersedia berbagai perangkat lunak manajemen pangkalan data kepustakaan, misalnya Endnote dan Mendeley, yang secara otomatis menyusun Daftar Pustaka sesaat kita memasukkan sebuah kepustakaan ke dalam naskah. IV. PENUTUP Teori, sebagus apapun tidaklah akan ada manfaatnya kecuali jika disertai dengan praktik. Menulis artikel ilmiah, setelah mengetahui teorinya, membutuhkan ketekunan, kesabaran, dan latihan yang terus-menerus. Kalau Anda sudah terlatih sabar, tekun dalam melaksanakan riset, maka Anda dapat menerapkan hal yang sama dalam menulis artikel ilmiah. Selain berlatih, rajin membaca dan menyimak artikel-artikel ilmiah, terutama dari jurnal-jurnal yang berbobot akan meningkatkan kepekaan kita tentang bagaimana suatu artikel ilmiah seharusnya ditulis. Sebagaimana dalam melaksanakan penelitian, pepatah bahwa “untuk mendapatkan anak ayam, kita tidak dapat memperolehnya dengan memecahkan telur, tetapi harus melalui proses pengeraman yang membutuhkan waktu dan kesabaran”, demikian pula dalam berlatih menjadi penulis artikel ilmiah yang baik. Jika Anda selesai menulis suatu draft artikel ilmiah, maka berhentilah memikirkannya selama 2-3 hari. Kemudian bacalah kembali ketika Anda sudah memiliki waktu senggang, maka Anda akan menemukan betapa masih banyaknya kekurangan draft tersebut. Perbaikilah kembali, dan lakukan lagi hal yang sama sampai kemudian Anda merasa puas. Kemudian cobalah rekan sejawat untuk membaca naskah Anda, dapatkah ia memahaminya? BUKU ACUAN American Society of Agronomy. 1988. Publications Handbook and Style Manual. ASA-CSSA-SSSA, Madison, WI. 92 pp. American Society of Agronomy. 1998. Publications Handbook and Style Manual. ASA-CSSA-SSSA, Madison, WI. 154 pp. Committee on Graduate Training in Scientific Writing, 1989. Scientific Writing for Graduate Students. 5th ed. Council of Biology Editors, Inc. 187 p. Day, P.R. 1988. How to Write and Publish a Scientific Paper. 3rd ed. Oryx Press. Phoenix, AZ. 211 p. Lester, J.D. 1987. Writing Research Papers, a Complete Guide. 5th ed. Scott, Foresman and Co. Glenview, IL. 281 p. Tarkus Suganda 19 Rifai, M.A. 1995. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Gadjah mada Univ. Press. Yogyakarta. -tsg-